Kamis, 07 Januari 2010

Etis Indah BerEtika


Kata Etika beri berasal dari kata etis yang berarti indah. Setelah diadopsi dalam bahasa Indonesia etika menjadi berarti adab atau kesopanan yang berkaitan erat dengan perilaku mansia. Islam mengatur tata pergaulan dari segala macam aktivitas manusia. Islam mengajari etika berdoa berinteraksi dengan Allah. Islam mengajari etika mengagungkan Rosulullah. Islam mengajari etika berbakti kepada ibu bapak. Islam mengajari etika menghormati tetangga. Islam mengajari etika bersahabat. Islam mengajari etika jual beli. Islam mengajari etika pergaulan suami istri.




Islam mengajari etika kehidupan muamallah manusia. Mengajari cara berdagang, cara mengurus pemerintahan, cara menyampaikan pendapat, cara menafkahkan rizki, cara memuliakan orang-orang kecil yang sering kali dilemahkan. Bahkan Islam mengajari etika menghormati jenazah. Islam mengatur secara detail Ibadah Mahdhoh agar tidak ada lagi penyimpangan. Serta Islam mengatur secara global atau secara garis besar nilai-nilai yang harus dipegang dalam muamallah antar manusia.


Allah sangatlah tahu akan pola pikir manusia. Bahwa karunia akal yang diberikan suatu saat akan membawa perubahan tata kehidupan. Dahulu sesuatu barang kali dianggap tidak mungkin dilakukan. Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan hal tersebut akhirnya dapat dilakukan. Maka dari itu untuk urusan tersebut Allah hanya memberikan rambu-rambu batasan yang akan membawa maslahat jika manusia tidak melanggarnya. Barang siapa yang bersungguh-sungguh memegang nilai itu niscaya akan beroleh kesuksesan yang haqiqi.


Etika kepada Allah adalah kita merendahkan diri sebagai hamba/abdi. Sebagai hamba tentu saja kita haruslah menyembah kepada-Nya. Sebab hanya Allah lah yang sanggup memenuhi segala kebutuhan kita. Kita harus sepenuh-penuhnya yakin bahwa Allah itu satu dan tidak ada segala sesuatu yang menyerupai-Nya. Kalau sampai sekarang masih ada keraguan coba tanyakan pada hatimu bagaimana alam semesta diciptakan. Bagaimana keserasian semesta tanpa ada kecacatan sedikitpun. Bagaimana bisa Tuhan lebih dari satu padahal segala sesuatu selalu menuju titik. Apa mungkin ada dua atau lebih kekuatan tanpa terjadi persinggungan.

0 komentar:

Posting Komentar